Mazmur 40: 1 "Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong."
Salah satu bukti iman yang paling nyata adalah bagaimana Anda merespons ruang tunggu kehidupan.
Seberapa lama Anda dapat menunggu? Itulah yang menandakan kedewasaan Anda. Tentu, anak-anak sulit menunggu. Mereka belum mempelajari bedanya "Tidak" dan "Belum." Jika Anda memberi tahu mereka "Belum," mereka pikir itu tidak akan terjadi. Tetapi seiring bertambahnya usia, kita belajar bahwa bukan itu masalahnya.
Dalam rancangan Tuhan, pemilihan waktu begitu penting. Seringkali kita mengira waktunya sudah tepat, tapi ternyata itu waktu yang salah. Tentunya Anda tidak ingin berada di belakang Tuhan, tapi juga tidak ingin mendahului Tuhan. Anda ingin tepat berada pada waktu-Nya, sebab waktu Tuhan itu sempurna- dalam pernikahan Anda, dalam pendidikan Anda, dalam masa pensiun Anda, dalam penantian jawaban doa Anda - di setiap bidang kehidupan Anda.
Bacalah Alkitab dan lihat berapa kali orang Israel harus menunggu waktu Allah. Dalam masa penantian itu, Allah tengah mempersiapkan mereka. Anak-anak Israel telah menunggu untuk dibebaskan dari perbudakan Mesir selama 400 tahun. Itu sungguh waktu yang lama! Bahkan setelah Musa dilahirkan, bangsa Israel harus menunggu 80 tahun lagi – dia butuh 40 tahun tumbuh di istana Firaun dan 40 tahun lagi untuk pergi ke padang gurun untuk dilatih Tuhan. Musa kembali pada usia 80 tahun dan akhirnya memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Waktu Tuhan sempurna!
Mazmur 40: 1 mengatakan, "Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong."
Bagaimana Anda merespons ruang tunggu kehidupan sebagai bukti iman Anda.
Renungkan hal ini:
- Kapan Anda merasa paling sabar? Kapan Anda cenderung menjadi kurang sabar?
- Bagaimana jawaban Anda di atas menunjukkan ke mana Anda menaruh iman Anda?
- Bagaimana selama ini Anda melihat Allah menumbuhkan iman dan karakter Anda sementara Anda menunggu waktu yang tepat?
Seberapa lama Anda dapat menunggu? Itulah yang menandakan kedewasaan Anda. Tentu, anak-anak sulit menunggu. Mereka belum mempelajari bedanya "Tidak" dan "Belum." Jika Anda memberi tahu mereka "Belum," mereka pikir itu tidak akan terjadi. Tetapi seiring bertambahnya usia, kita belajar bahwa bukan itu masalahnya.
Dalam rancangan Tuhan, pemilihan waktu begitu penting. Seringkali kita mengira waktunya sudah tepat, tapi ternyata itu waktu yang salah. Tentunya Anda tidak ingin berada di belakang Tuhan, tapi juga tidak ingin mendahului Tuhan. Anda ingin tepat berada pada waktu-Nya, sebab waktu Tuhan itu sempurna- dalam pernikahan Anda, dalam pendidikan Anda, dalam masa pensiun Anda, dalam penantian jawaban doa Anda - di setiap bidang kehidupan Anda.
Bacalah Alkitab dan lihat berapa kali orang Israel harus menunggu waktu Allah. Dalam masa penantian itu, Allah tengah mempersiapkan mereka. Anak-anak Israel telah menunggu untuk dibebaskan dari perbudakan Mesir selama 400 tahun. Itu sungguh waktu yang lama! Bahkan setelah Musa dilahirkan, bangsa Israel harus menunggu 80 tahun lagi – dia butuh 40 tahun tumbuh di istana Firaun dan 40 tahun lagi untuk pergi ke padang gurun untuk dilatih Tuhan. Musa kembali pada usia 80 tahun dan akhirnya memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Waktu Tuhan sempurna!
Mazmur 40: 1 mengatakan, "Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong."
Bagaimana Anda merespons ruang tunggu kehidupan sebagai bukti iman Anda.
Renungkan hal ini:
- Kapan Anda merasa paling sabar? Kapan Anda cenderung menjadi kurang sabar?
- Bagaimana jawaban Anda di atas menunjukkan ke mana Anda menaruh iman Anda?
- Bagaimana selama ini Anda melihat Allah menumbuhkan iman dan karakter Anda sementara Anda menunggu waktu yang tepat?
Bacaan Alkitab Setahun : Zefanya 1; I Yohanes 4-5 |
Kedewasaan rohani adalah kemampuan untuk menunggu. Iman itu setia menunggu jawaban dan mengerti bahwa terkadang jawaban datangnya terlambat
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar