12 Juli 2010 / Senin
Dampak Keputusasaan -- II Korintus 7:9-10
Sebagaimana yang kita pelajari kemarin, keputusa-asaan adalah masalah yang umum terjadi. Hal itu bisa bermula dari pikiran yang terbagi-bagi, namun dapat mudah berubah menjadi sikap menyalahkan orang lain dan hati yang dipenuhi amarah. Sayangnya, dampaknya tidak berhenti sampai disitu saja.
Contohnya, jika Anda menganggap seseorang yang mengecewakan Anda sebagai sumber dari segala masalah Anda, maka Anda akan menjauhkan diri Anda atau bahkan mengakhiri hubungan Anda dengannya. Lebih daripada itu, bila kekecewaan diijinkan berkembang tanpa adanya penyelesaian, maka bisa mengakibatkan kita menganggap diri kita tidak berharga lagi. Hal ini tentu saja dapat berpengaruh besar pada pelayanan Anda dan interaksi Anda dengan orang lain, sebab tidak ada seorangpun yang senang berada bersama orang yang membenci dirinya sendiri dan suka mengkritik. Jika hal ini dibiarkan terus berkembang, maka terlihat pada perkataan dan tindakan Anda.
Rusaknya kehidupan rohani Anda menjadi konsekuensi terakhir dari keputus-asaan Anda. Tuhan tampaknya begitu jauh, tidak peduli dan bahkan mungkin tidak ada, sebab Anda telah membangun tembok yang begitu tinggi di sekeliling Anda. Hal-hal yang dulunya menjadi hal-hal mendasar dalam hidup Anda seperti penyembahan, studi Alkitab dan doa dengan mudahnya berhenti begitu saja. Tak lama kemudian, Anda hanya akan dikelilingi oleh kekecewaan Anda dan hal-hal negatif lainnya, serta tidak dapat melihat nilai positif apapun.
Keputusasaan dapat menghancurkan hubungan dan produktifitas dalam hidup orang percaya. Jangan biarkan keputusasaan berkembang dan mengambil alih hidup Anda. Mazmur 40:3 adalah ayat luar biasa yang mengingatkan Anda bahwa Tuhan sanggup mengangkat Anda dari "lumpur rawa" dan menempatkan kaki Anda di atas bukit batu dan menetapkan langkah Anda.
13 Juli 2010 / Selasa
Bergumul Dengan Lutut Anda -- Matius 26:36-40
Beberapa pergumulan terjadi dari luar diri kita, seperti masalah keuangan, pekerjaan atau kesehatan. Tapi ada juga pergumulan di dalam diri kita sendiri. Musuh yang ada di dalam diri kita, seperti amarah, tidak mau mengampuni atau merasa diri kita tidak layak, dapat menghambat perjalanan rohani kita bersama dengan Tuhan.
Yesus memberikan teladan kepada kita pada malam sebelum penyalibanNya. Di Taman Getsemani, Tuhan kita berdoa, "Jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Setelah menghadap Bapa, Ia siap untuk menghadapi salibNya – sekalipun hal itu berarti mereka akan terpisah untuk waktu yang singkat.
Entah Anda sadar atau tidak, Anda ada dalam peperangan rohani. Anda harus berdiri teguh dengan keyakinan Anda, memperbaharui pikiran Anda dan menolak Iblis. Bagaimana caranya? Berjuanglah dalam peperangan Anda dengan lutut Anda dan Anda akan senantiasa menang. Mengapa kita harus berjuang dengan lutut kita? Pertama karena itulah yang diajarkan Alkitab. Contohnya, Hizkia berdoa sebelum memimpin pasukannya ke medan perang, dan Daniel berlutut dan berdoa sekalipun ia harus dibuang ke gua singa.
Kedua, ketika kita berpaling kepada Tuhan, maka bukan kita lagi yang berperang. Kita memiliki pertolongan dari Dia yang berdaulat atas alam semesta (Mazmur 103:19). Dia maha kuasa, maha tahu dan maha hadir. Tidak ada seorangpun di dunia yang dapat menolong Anda melebihi apa yang Ia sanggup lakukan.
Ketiga, doa menghubungkan kita dengan kuasa Roh Kudus. Sebelum Pentakosta, para murid tidak siap memberitakan Injil sekalipun mereka bersama dengan Yesus selama 3 tahun. Kita tidak akan dapat menyelesaikan apapun bagi Tuhan terlepas dari kuasa Roh Kudus.
Saudara, Anda tidak akan pernah kalah bila Anda berperang dengan lutut Anda. Setiap hari, berlututlah di hadapan Tuhan dan sembahlah Dia. Serahkan masalah Anda kepadaNya dan Anda akan mengalami kemenangan setiap saat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar