14 Juni 2010 / Senin
Menjadi Terang Dalam Kegelapan -- Matius 5:14-16
Kita mungkin kadang bingung bagaimana caranya menjadi terang di tengah kegelapan, atau membawa kasih Allah di "tempat-tempat gelap", karena kita tidak tahu bagaimana berhubungan dengan orang-orang yang hancur dan "kacau" di tempat-tempat seperti itu. Atau, kita mungkin segan dan ragu untuk meninggalkan zona nyaman kita. Mike Furches, seorang pendeta 'gereja bagi orang-orang yang tidak nyaman di gereja" dari Wichita, Kansas, memberikan tiga saran sederhana ini untuk menjangkau mereka.
1.Mintalah hikmat Allah sebelum Anda melakukan apa pun. "Tempat gelap" yang Allah tetapkan sebagai panggilan Anda boleh jadi bukan tempat yang Anda bayangkan atau harapkan.
2.Jangan pergi sendirian. Yesus mengutus murid-murid-Nya berdua-dua untuk melayani (Markus 6:7). Apalagi jika Anda tahu bahwa di daerah yang akan dilayani itu banyak sekali orang yang memerlukan penanganan. Anda tidak harus berusaha mengatasi semua masalah ini sendirian.
3. Perlakukan mereka sebagai manusia. Jika kita pergi ke suatu tempat dengan hati untuk melayani, kita sering mudah melihat orang-orang di sana sebagai "proyek" yang perlu kita ubah atau perbaiki, sehingga kita dapat menambahkan nama mereka pada daftar kisah sukses kita. Padahal perubahan hidup orang tidak selalu terjadi dengan cepat. Kita harus menyadari dan menyerahkan hal ini kepada Tuhan, karena bagian ini bukanlah tanggung jawab kita. Tanggung jawab kita hanyalah mengasihi dan melayani mereka, sampai mereka melihat dan mengalami Terang yang sudah datang bagi mereka juga.
Orang tidak menyalakan pelita di tempat terang, tetapi di dalam gelap supaya terjadi terang. Apakah hidup Anda sudah menerangi kegelapan di sekitar Anda? Atau, apakah Anda lebih suka berlomba "terang-terangan" di tempat yang sudah terang? Bapa menghendaki terang kita bercahaya dan memuliakan-Nya.
15 Juni 2010 / Selasa
Membangun "Filter Kebenaran" -- II Timotius 4:2-5
Penipuan, setengah kebenaran, dan pemutarbalikan sudah sedemikian menyatu dengan budaya modern sehingga antara fakta dan fiksi sudah sulit dibedakan lagi. Entah kita mendengar siaran iklan, diskusi politik, atau berita televisi, ada baiknya kita tidak langsung memercayai yang kita dengar.
Terkadang ketidakbenaran itu sangat jelas, tetapi terkadang sulit dideteksi, apalagi jika pernyataan-pernyataan itu datang dari orang yang berkarisma atau terkenal. Karena orang Kristen juga – seperti halnya semua orang – bisa disesatkan dengan mudah, maka adanya sistem kepercayaan yang kuat yang didasarkan pada Firman Tuhan sangatlah penting. Kita harus menyaring semua informasi yang kita terima dengan "filter kebenaran" ini agar ketidakbenaran itu tidak tertanam di dalam jiwa kita.
Meskipun ketidakjujuran bisa membingungkan, kita tak perlu terkejut mengetahui betapa banyaknya yang sudah melakukan hal itu – atau kita sendiri termasuk di dalamnya. II Petrus 2:1-3 mengingatkan, "Di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan,… Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka."
Tetapi orang percaya tidak perlu takut. Kita bukan saja dapat "memprogram" filter kita dengan kebenaran Firman Allah; kita juga didiami oleh Roh Kudus yang disebut Yohanes sebagai "Roh Kebenaran". Jika kita menyerahkan kendali hidup kita kepada-Nya, Dia akan menolong kita membedakan yang benar dari yang palsu.
Kepercayaan Anda memengaruhi karakter dan segala keputusan Anda. Jangan biarkan jiwa Anda disusupi oleh selain yang suci dan benar. Anda tidak cukup hanya mendengar khotbah pendeta atau membaca buku-buku tentang Tuhan; bangunlah dasar kebenaran dengan menyediakan waktu khusus untuk mempelajari Firman Allah – dan menikmati hadirat-Nya – setiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar