18 Mei 2010 / Selasa
Berseru Kepada Tuhan -- I Samuel 7:7-9
Saat kita menghadapi suatu krisis, Tuhan bersedia dan sanggup untuk menolong. Namun sebelum Ia mengambil bagian dan melepaskan kuasaNya yang ajaib ke dalam situasi kita, Ia meminta satu hal: hati yang benar.
Tentunya ini bukanlah suatu tuntutan agar kita menjalani hidup yang sempurna, karena Bapa kita tahu bahwa itu adalah hal yang mustahil. Ketika seorang berdosa berpaling kepada Bapa untuk memperoleh keselamatan, Ia menyucikan hati yang dipenuhi dengan dosa dan orang itu dijadikan sebagai ciptaan baru (II Korintus 5:17). Namun terkadang orang percaya masih mengikuti pola hidup "kedagingan" yang lama, sehingga Tuhan memanggil kita untuk mengakui dan bertobat saat kita tidak mengenai sasaran. Barulah Ia akan "menyucikan kita dari segala kejahatan" (I Yohanes 1:9). Puji Tuhan, Ia mendengarkan kita di dalam ketidak-sempurnaan kita selama kita mau untuk berjalan di jalanNya. Namun demikian, ada masalah muncul, ketika seorang Kristen sadar bahwa ia hidup dalam dosa dan memilih untuk tidak berpaling darinya Tuhan tidak akan mendengarkan hati yang tidak mau bertobat.
Bapa surgawi juga menghendaki agar anak-anakNya berseru kepadaNya (Mazmur 34:16-18). Saat kita mengalami pencobaan, kita cenderung menaikkan doa seperti ini, dengan fokus, hasrat dan ketulusan yang lebih besar. Hana adalah contoh yang baik. Bersedih karena ia mandul, ia pergi ke bait Allah dan memohon kepada Tuhan dengan emosi yang sedemikian mendalam sehingga sang imam mengira ia sedang mabuk! Tuhan menjawab permohonannya dan membuka rahimnya (I Samuel 1:1-20).
Ketika krisis menerpa, berserulah kepada Tuhan kita yang maha kuasa, namun pastikan bahwa Anda melakukannya dengan hati yang benar. Maka Ia akan mendengar dan menjawab – entah Ia akan memenuhi permintaan Anda atau memberikan solusi yang lain. Oleh karena Ia maha tahu, penuh kasih dan berdaulat, Anda dapat sepenuhnya percaya bahwa jawaban yang Ia berikan adalah demi kebaikan Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar