Kemerdekaan Sejati
Di Pelabuhan
Kemerdekaan suatu negara biasanya tergantung dari kekuatan militernya serta surat ketetapan pemerintah. Akan tetapi, kemerdekaan pribadi berhubungan dengan suatu keputusan untuk melindungi hati, pikiran dan tubuh dari pengaruh jahat. Dalam sebuah negara yang didirikan di atas suatu kemerdekaan, kita menyebut diri kita ”merdeka” selama kita tidak dipenjara atau dihalang-halangi untuk mengejar kepentingan kita sendiri. Namun apakah orang yang terikat oleh perasaan ingin membalas dendam bisa dikatakan ”merdeka”? Apakah wanita yang memiliki ketergantungan dengan obat penghilang rasa sakit bisa dikatakan ”bebas”?
Gudang senjata si Musuh berisi berbagai macam godaan yang membelenggu waktu dan perhatian seseorang. Kebutuhan untuk melayani kebiasaan dan perilaku ini begitu melekat pada diri seseorang dan membuat fokusnya menyimpang dari Tuhan. Kemudian, saat Iblis mengalihkan perhatiannya, ia pun memakai muslihat terbesarnya: ia meyakinkan orang bahwa mereka tidak terikat. Ia mengajarkan mereka bagaimana cara merasionalisasikannya (”hanya sedikit saja, itu tidak akan menyakitkan) serta penyangkalan semu (”Saya bisa berhenti kapan saja saya mau”).
Menurut Alkitab, manusia itu adalah hamba, entah itu hamba Allah atau hamba dosa (Roma 6:16). Tidak ada yang netral. Hamba dosa melayani Setan dengan memberi makan keinginan diri mereka sendiri. Sementara itu, ”hamba Allah” menikmati kemerdekaan sejati. Mereka menghormati Tuhan dengan menjauhi hal-hal yang memenjarakan tubuh, emosi dan pikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar